1. Ucapan dan Ejaan
Dalam bahasa Indonesia ada dikenal dua hal yang saling
berkaitan yaitu Ucapan dan Ejaan.Dua hal ini merupakan hal yang berbeda namun
memiliki keterkaitan yang sangat kuat diantara satu sama lainnya.Berikut
apabila kedua hal tersebut kita jabarkan :
Ucapan
Menurut definisinya Ucapan merupakan suatu
kaedah berkomunikasi secara lisan .Pada orang Indonesia sendiri , Bahasa
Indonesia kebanyakan merupakan bahasa kedua bagi mereka.Bahasa Indonesia yang
dimaksud disini merupakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagaimana
mestinya serta sesuai dengan aturan aturannya.
Mengapa dikatakan bahasa kedua ?
Penyebabnya tidak lain adalah budaya / bahasa bahasa daerah
asal dari masing masing individu itu sendiri.Bahasa Indonesia yang mereka
ucapan merupakan hasil dari percampuran Bahasa Indonesia dengan bahasa daerah
mereka.Cara mengetahuinya adalah cara berbahasa(logat) orang tersebut berbicara
dan biasanya terdapat beberapa kata yang bukan merupakan Bahasa Indonesia dalam
ucapannya. Hal ini akan dibahas pada bagian Ejaan.
Ejaan
Secara sederhana , Ejaan sendiri dapat
dikatakan sebagai Ucapan namun dalam bentuk tulisan. Dalam Bahasa Indonesia
sendiri terdapat beberapa aturan dalam penulisan Ejaan. Berikut
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan Ejaan dalam
Bahasa Indonesia.
Tanda
Baca
Membuat
variasi kalimat dari penggunaan tanda baca.
1. Titik
(.) 1.1 Tanda titik dipakai pada
akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan atau kalimat berita.
Contoh: l Fitur utama bisnis adalah bahwa sesuatu itu harus dapat dijual
atau menghasilkan uang.
1.2
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: l LL Bean yang membuat peralatan outdoor bukan perusahaan berskala
raksasa tetapi memiliki reputasi melampaui bisnis yang lebih besar.
1.3
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan, gelar, jabatan, pangkat dan sapaan.
Contoh: l Dr. (Dokter) -> Dr. Tangkas mendapatkan gelar sarjananya dengan nilai yang memuaskan.
1.4
Tanda titik dipakai pada singkatan kata yang umum dipakai, biasanya diambil 3
huruf.
Contoh: l hlm. (Halaman) -> Kutipan menarik
itu diambil dari hlm 5 dan 8.
1.5
Tanda titik dipakai untuk pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: l Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk adalah
sebanyak 237.556.363 jiwa.
2. Koma
(,) 2.1 Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Contoh: l Pada bulan puasa atau menjelang Hari Raya Idul Fitri pakaian yang
paling laris pastilah peci, baju koko dan sarung.
2.2
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan kecuali.
Contoh: l Industri hulu masa kini umumnya, seperti plastik, minyak kelapa
sawit atau pabrik gula.
2.3
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh: l Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat
melaju.
2.4
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat.Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh: l Oleh karena itu, sangat disarankan agar kita menengok dulu ke kiri
dan ke kanan sebelum menyebrang.
2.5
Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o , ya, wah, aduh, kasihan,
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:l Kasihan, anak kecil itu
tertabrak mobil.
2.6
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: l “Pemantapan struktur ekonomi masyarakat ke depan harus berbasis
pada sumber daya unggulan daerah dengan dukungan infrastruktur ekonomi wilayah
yang memadai, "kata Cagub incumbent Hj Ratu atut Chosiyah, di Serang,
Jumat (7/10/2011).
2.7
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka .
Contoh: l Widjaya, IG Rai. Hukum Perusahaan. Jakarta: Megapoin, 2000.
3. Tanda
titik koma (;) 3.1 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: l Malam makin larut; kami belum selesai juga.
3.2
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: l Ayah pergi ke kantor; ibu sibuk bekerja di dapur; adik mengerjakan
pr.
4. Tanda
titik dua (:) 4.1 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
bila diikuti jaringan.
Contoh: l Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi,
Managemen, dan Ilmu Ekonomi.
4.2
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang membutuhkan pemerian.
Contoh: l Project By: TriExs
Media Project
Penulis:
Lie Charlie
Editor:
Wicak
4.3
Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh: l Guy: "Tolong sampaikan memo ini kepada bendahara.”
Ilan:
“Siap, Pak.”
4.4
Tanda titik dua dipakai
(i)
di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii)
di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau
(iii)
di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh
: l QS. Al-Baqarah: 38
4.5
Tanda titik dua dipakai untuk menandai rasio (angka banding).
Contoh: l Perbandingan sex ratio antara
laki-laki dan perempuan di daerah x tahun 2010 adalah 100: 97.
5.Tanda
hubung (-) 5.1 Tanda hubung dipakai untuk menghubungkan unsur-unsur kata
ulang.
Contoh: l Anak-anak kelaparan di negara
Afrika adalah akibat globalisasi.
5.2
Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Contoh: l indonesia
l 21-12-2012
5.3
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(a)
se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital;
(b)
ke-dengan angka,
©
angka dengan-an,
(d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(e)
nama jabatan rangkap.
Contoh: l se-Indonesia; ke-6; tahun
90-an.
5.4
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh: l di- packing
6. Tanda
tanya (?) 6.1 Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh: l Siapa menteri keuangan saat ini?
6.2
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: l Dinosaurus musah sejak 30 juta tahun yang lalu (?)
7. Tanda
seru (!) 7.1 Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh: l Jauhkan dia sekarang juga!
8. Tanda
petik ganda (“…”) 8.1 Tanda petik ganda mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: l Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa
Indonesia.”
8.2
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh: l Sekjen PBB memberikan pidato yang berjudul “Perdamaian Dunia di
Tengah Krisis Sosial” yang menghasilkan dukungan dari seluruh dunia.
8.3
Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang memiliki arti khusus.
Contoh: l Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
9. Tanda
garis miring (/) 9.1 Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: l Jalan Kediri VI / 2
9.2
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda
bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh: l Modem itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
10. Tanda
petik tunggal (’…’) 10.1 Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang
tersusun di dalam petikan lain.
Contoh: l “Dia bilang padaku ‘jangan kau
ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.
10.2
Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan asing.
Contoh: l Dengan metode ilmiah atau
psikis tertentu brain-washing 'cuci otak’ memang dapat dilakukan.
11. Tanda
apostrof (’) 11.1 Tanda apostrof digunakan untuk penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Contoh: l Tangkas bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD '45.
12. Tanda
elipsis (…) 12.1 Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus,
misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh: l “PLAK ….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu
berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di
depan terlihatlah jurang yang sangat dalam.
12.2
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: l Sebab-sebab kemunduran indonesia dikarenakan … ketimpangan ekonomi antara si miskin dan si kaya.
13. Tanda
kurung (…) 13.1 Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: l Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut
demand (permintaan).
13.2
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh: l Pertumbuhan pemberian kredit dari Desember 2008 sampai Januari
2009 (lihat Tabel 2) menunjukkan adanya perkembangan perekonomian Indonesia
terhadap sektor rill.
13.3
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh: l BJ Habibie adalah orang yang berasal dari (Daratan) Asia pertama
yang memimpin perusahaan terpenting di Eropa.
13.4
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: l Jenis elastisitas terdiri dari (a) elastis, (b) inelastis, ©
elastis uniter, (d) elastis sempurna, dan (e) inelastis sempurna.
14. Tanda
Tanda Kurung Siku ([…])14.1
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada tulisan orang lain.
Contoh: l Ibu men [y] apu halaman rumah sejak pagi.
14.2
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
ditandai kurung.
2. Kata dan Pilihan Kata
Pengertian kata
Kata adalah bagian dari
kalimat yang nantinya kita gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dikehidupan sehari-hari
kita selalu berbicara, disetiap pembicaraan kita pasti kita mengeluarkan
kata-kata. nah apasih arti dari 'KATA' itu?
Pengertian kata atau
definisi kata secara sederhana adalah sekumpulan
huruf yang mempunyai arti. Namun kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki
“cara tersendiri” dalam mendefisikan “kata”. Pertama, pengertian kata adalah
unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan dalam berbahasa. Pengertian kata
juga sebanding dengan pengertian ujar atau bicara.
Kata adalah
sederetan huruf yang diapit dua spasi dan mempunyai arti. Menurut Bloomfield
(dalam Chaer, 1994:163), “kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free
form).” Contoh kata, kumbang, hinggap, dan bunga.
Jika ditinjau dari segi
bahasa, pengertian kata adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan
dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang
bebas. Atau dengan definisi lain, sebuah satuan bahasa yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya gelas, handuk, gembira) atau
gabungan morfem (misalnya pendatang, pembuat, mahakuasa).
Imbuhan Asing
Selain imbuhan yang berasal dari B.Indonesia sendiri (-kan,
me-, di-, dan lain-lain), kita juga mengenal imbuhan asing. Imbuhan asing ini
sudah diserap dan disesuaikan dengan ejaan yang baku, EYD.
Imbuhan yang berasal dari asing itu adalah:
a. Berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu: -man, -wan, -wati.
b. Berasal dari bahasa Arab, yaitu: -i, -wi, -iah.
c. Berasal dari bahasa Inggris, yaitu: -is, -isme, -istis,
-isasi.
Contoh kata-kata berimbuhan asing tersebut adalah:
- seniman (asal kata: seni) Arti: orang yang bergelut di
bidang seni
- hartawan (asal kata: harta) Arti: orang yang banyak harta
- wartawati (asal kata: warta) Arti: orang yang mencari warta
(berita)
- insani (asal kata: insan) Arti: bersifat insan (secara
insan)
Bagaimana penggunaannya dalam kalimat? Wah, kalian tentu bisa
menggunakannya!
Lalu, jika ada masalah dengan kata kameraman, apakah betul?
Jawabnya, salah. Kameraman tersebut berasal dari kata bahasa
Inggris 'cameraman' dan kitatidak
mengenal imbuhan asing -man dari bahasa Inggris.
Jadi, yang benar adalah kamerawan.
Hubungan makna kata
Sinonim : adalah
kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Contoh:
Siuman=sadar, datang=tiba=sampai
Homonim : adalah kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan
dan bunyi namun berbada artinya.
Contoh :Bulan ini
adikku menikah,malam ini bulan tidak bersinar
Hiponimi
: adalah suatu kata yang maknanya telah mencakup oleh kata yang
lain.Hubungan makna kata satu
dengan yang lain akan
menghasilkan kata (superordinat dan subordinat), Pakaian
Superordinat(hipernim), Baju Celana Kaos Subordinat(hiponim)
Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih
dari satu.
Contoh :Saya masih
punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani. (darah=kesaudaraan)
Antonim
: adalah kata-kata yang memiliki makna berlawanan.
Contoh:besar-kecil,atas-bawah,siang-malam
Pengertian
Pilihan Kata(Diksi)
Definisi Diksi
Pilihan
kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak
kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata
mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan
gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Fungsi
Diksi
Fungsi
Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya
ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut
tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau
pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana.
Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih
indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung
jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut.
Manfaat
Diksi
1. Dapat
membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan
hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat
membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang
yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan
kontroversi dalam masyarakat.
Contoh
Kalimat Diksi
· Sejak
dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan
masyarakat
· Dia
adalah wanita cantik (denotatif)
· Dia
adalah wanita manis (konotatif)
· APBN
RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
· Kebenaran
(kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak
Sebelum menentukan pilihan kata,
penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi
makna :
• Makna
sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna
Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita.
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan
timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
2. Makna
Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna
gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses
reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku
yang bermakna “banyak buku”.
3. Makna
Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial
perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka
kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh
kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata
bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan
kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial).
3. Makna
Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna
asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh:
Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran
badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan
pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas
bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan,
tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif
positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
e. Satuan
semantic
Seperti pada banyak bentuk bebas
yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke
dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering
memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran
yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, para ahli bahasa
menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam
kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat
sukar ditangkap.
3. Makna Kata
Makna adalah arti
atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat
bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan
bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna
dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.
Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.
Makna Denotatif
Sebuah kata
mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian
atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan
dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin
menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikantidak menimbulkan
tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang
mengandung makna denotative.
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.
Makna Konotatif
Sebuah kata
mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi
tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau
isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja
kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang
dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif
disamping mkna denotatif.
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.
Makna Leksikal
akna Leksikal ialah
makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari
leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata
yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Makna Gramatikal
Makna gramatikal
adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah
gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau
hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an
pada kata gantungan adalah alat.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif
mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan
dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai
kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti
makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna
interpretatif.
1. Makna Kolokatif
Makna kolokatif
lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya
dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata
yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif
memiliki makna yang sebenarnya.
2. Makna Reflektif
Makna reflektif
adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang lain,
dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang
sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau
pengalaman sejarah.
3. Makna Stilistika
Makna stilistika
adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri
merupakan salah satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai
bahasa secara tidak langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat
dalam bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi itu.
4. Makna Afektif
Makna ini biasanya
dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam berbahasa.
5. Makna interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang
berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar,
menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72).
3.
Kalimat
efektif
Kalimat adalah gabungan
dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola
intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya
yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap,
kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan
lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum : – Joy Tobing
adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. – Pergi! – Bang Napi
dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu. – The Samsons
sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap
kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain
SPOK : – Subjek / Subyek (S) – Predikat (P) – Objek / Obyek (O) – Keterangan
(K)
1. Predikat
(P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di
atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa
(lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi
sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya
Pengertian Kalimat Efektif Lengkap Beserta Contohnya
A. Ide, Gagasan, dan Konsep
yang di sammpaikan secara :
- Lisan (bahasa
Lisan)
- Tulisan (bahasa
Tulisan)
B. Bahasa tulisan :
- Berdiri sendiri;
- Aturan lebih
ketat;
- Di gunakanya
kalimat efektif sebagai satuan bahasa;
C. Kalimat efektif :
- Kesalahan tafsir
dapat di kurangi;
- Memeiliki
cirri-ciri tertentu (kalimat lain, seperti bahasa sastra, lisan).
D. Cirri kalimat efektif
- Kalimat efektif
ialah kalimat yang disusun secara sadar untuk mencapai daya infprmasi yang
diinginkan oleh penulis terhadap pembaca.
- Memiliki kemampuan
menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pembaca identik dengan apa yang
di pikirkan penulis.
- Gagasan pokok
selalu mendapat tekanan dalam pekiran pembaca.
E. Syarat Syarat Kalimat
Efcklif
Syarat
syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut :
- Secara tepat
mewakili ungkapan gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
- Dapat
memperlihatkan gagasan yang sama dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang inginkan oleh panbicara atau penulis.
Syarat
syarat lainnya yaitu :
a. Kesatuan Gagasan
Kalimat
yang baik adalah yang mengandung satu ide dan gagasan pokok. Dalam kalimat
tidak boleh terdapat pemhahan satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan
lain yang tidak berhubungan. Sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh fungsi
subjek. predikat, dan objek. Bentuknya dapat berupa :
b. Kesatuan Tunggal
Contoh
: semua siswa mendapatkan pengertian mengenai rencana sekolah tahun ajaran
baru.
c. Kesatuan Gabungan
Contoh
: Gunadi menyiapkan rangkuman proposal laporan keuangan seharian dan akan
disampaikan pada seminar hari ini di depan direktur.
d. Kesatuan Pilihan
Contoh
: Anda boleh terus melanjutkan bekerja di perusahaan, atau bekerja diperusahaan
lain itu.
e. Kesatuan yang Mengandung
Pertentangan
Contoh
: Sapril kuliah di darmajaya jurusan Sistem Informasi, tetapi ia ingin
mendapatkan gelar S.sos.
F. Penekanan
Penekanan
adalah upaya untuk memberikan tekanan terhadap gagasan pokok atau gagasan utama
didalam kalimat. Penekanan dalam bahasa lisan dcngan menggunakan intonasi atau
gerak-gerik (dapat digunakan dengan gerakan tangan,kepala, dan gerakan badan).
sedangkan dalam bahasa tulisan dilakukan dengan cara :
Mengubah Letak Kalimat yang
Ditekankan
Sebuah
kalimat dapat diubah struktumya dengan menempatkan kata yang dipentingkan pada
awal, tengah atau akhir kalimat.
Contoh
:
- Kami berharap pada
kcsempatan lain kita dapat membicarakn lagi soal ini.
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat
kita bicarakan pada kesempatan lain.
- Soal ini dapat
kita bicarakan lagi pada kesempatan lain, demikin harapan kami.
a. Wujud ide dan penjelasan
kalimat efektif itu meliputi :
- Subjek;
- Predikat;
- Objek;
- Keterangan;
Contoh
kalimat efektif :
- Kepada mahasiswa
di harap mendaftarkan diri di skretariat.
- Dalam rapat itu
memutuskan sanksi akademi terhadap para mahasiswa yang ikut
berdemonstrasi.
- Sebenarnya rizki
bias terpilih sebagai salah satu mahasiswa teladan, apabila ia
mempertahankan kedisiplinannya dalam belajar.
b. Perbaikan kalimat menjadi
lebih efektif
- Mahasiswa di harap
mendaftarkan diri di secretariat.
- Rapat itu
memutuskan sanksi akademik terhadap mahasiswa yang ikut berdemonstrasi.
- Rizki dapat
terpilih sebagai salah satu mahassiswa teladan, apabila ia mempertahankan
kedisiplinannya dalam belajar.
G. Kalimat Efektif Dan Kesepadanan
Serta Kesatuan :
- Kalimat yang lengkap dapat terdiri
atas unsure-unsur kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek,
keterangan dan pelengkap.
- Kesepadanan ialah hubungan timbal
balik antara subjek dan predikat, antara predikat dan objek, serta dengan
keterangan atau pelengkap.
- Kesatuan ialah bahwa setiap kalimat
harus memenuhi satu ide pokok atau kesatua pikiran
contoh :
Banyak orang pro dan
kontra terhadap RUU Sisdiknas
H. Kalimat Efektif Dan
Kesejajaran Bentuk
a. Yang dimaksud kesejajaran (Plaralelisme) di dalam penyusunan kalimat efektif
ialah pengunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama
dan di pakai dalam susunan serial.
Contoh
Kalimat :
- Penyakit Alzheimerdan pikunsuatu penyakit di
usia tua dan yang paling mengerikandan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatanya belum
ada yang tahu.
b.
Frasa (kelompok kata)di sejajarkan dengan frasa, demikian juga kata benda, kata
kerja, dan kata sifat. di sejajarkan dengan kata benda, kata kerja, dan kata
sifat.
Contoh
:
- Penghapusan
pankalan asing dan penarikan kembali tentara imperalis dari bumi Asia –
Afrika akan mempercepat perwujudan cita-cita segenap bangsa.
I. Kalimat Efektif Dan Penghematan
Kata
Penghematan tersebut
meliputi hal pemakaian kata, frasa, atau bentuk lainya yang di anggap tidak di
perlukan.
1. Pengulangan Unsur-unsur
Kalimat
Contoh :
- Hadirin serentak
berdiri begitu mereka mengetahui
mempelai memasuki ruangan. (tdak efektif).
- Hadirin serentak
berdiri begitu mengetahui mempelai memasuki ruangan. (efektif).
2. Penggunaan Hiponim
Di
dalamnya terkandung makna dasar kelompok makna yang besangkutan misalnya, kata
merah sudah mengandung makna warna desembar sudah mengandung makna bulan, agar
kalimat yang kita buat menjadi efektif “tidak harus di ungkapkan / dinyatakan”.
contoh
:
- Laju inflasi bulan januaari
tahun lalu sebesar 0,7 % sedangkan bulan april tahun ini 1,5 % (salah).
- Laju inflasi januaari tahun lalu
sebesar 0,7 % sedangkan april tahun ini 1,5 % (benar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar